Kesiapan Perusahaan dalam
Menghadapi Dunia yang Tidak Mengenal Batas dengan Bekerja Secara Internasional
Elysabet
Christy – 3203013244
Jurusan
S1 Akuntansi, Fakultas Bisnis
Universitas
Katolik Widya Mandala Surabaya
ABSTRAK
Melakukan
bisnis global saat ini tidaklah mudah. Para manajer menghadapi tantangan yang
serius. Tantangan meningkat dari asosiasi yang terbuka dengan globalisasi dan
dari perbedaan budaya yang signifikan. Perubahan yang sangat cepat yang terjadi
dalam lingkungan bisnis telah secara otomatis menuntut setiap pelaku bisnis
untuk selalu memberikan perhatian dan tanggapan terhadap lingkungannya. Hal ini
mengkondisikan perusahaan untuk kemudian merumuskan strategi agar mampu
mengantisipasi perubahan dan pencapaian tujuan perusahaan. Didasari atas
pentingnya perumusan strategi, proses perumusan strategi merupakan suatu
rangkaian kegiatan untuk menemukan strategi yang tepat bagi perusahaan. Rangkaian
kegiatan yang diperlukan meliputi analisis lingkungan perusahaan, baik lingkungan
internal maupun lingkungan eksternal. Analisis ini berguna untuk mengetahui
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dapat memperlancar ataupun
menghambat perkembangan perusahaan.
Kata kunci : Globalisasi,
strategi pasar
1.
PENDAHULUAN
Era
globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi,
berdampak pada semakin ketatnya persaingan dan semakin cepatnya terjadi
perubahan pada lingkungan usaha. Barang-barang hasil produksi dalam negeri saat
ini sudah harus langsung berkompetisi dengan produk-produk dari luar negeri,
dan perusahaan harus menerima kenyataan bahwa pesatnya perkembangan teknologi
mengakibatkan cepat usangnya fasilitas produksi, semakin singkatnya daur hidup
produk, dan keuntungan yang didapat pun akan semakin rendah. Lingkungan bisnis
yang dihadapi oleh perusahaan perusahaan di dunia semakin bergejolak, terutama
sejak terjadinya krisis global dan perubahan pemerintahan berikut gejolak
sosial di dalam negeri pada awal tahun 2009. Apalagi dengan kondisi internal
kebanyakan perusahaan yang memburuk dan bangkrutnya sebagian perusahaan,
menjadikan perhatian terhadap pengaruh dan dampak faktor-faktor lingkungan
eksternal perusahaan menjadi sangat penting. Perubahan lingkungan bisnis akan
terjadi setiap saat, umumnya berupa gerak perubahan dari salah satu atau
gabungan faktor-faktor lingkungan luar perusahaan, baik pada skala nasional,
regional maupun global. Sebagian dari dampak yang mereka timbulkan banyak
terbukti telah mempengaruhi datangnya berbagai kesempatan usaha (business opportunities), tetapi banyak
pula rekaman contoh kasus dari faktor eksternal ini yang menjadi kendala dalam
berusaha (business threats and
constraints).
Kesuksesan
mengelola lingkungan global saat ini akan membutuhkan sensitivitas dan pengertian
yang luar biasa. Sehingga, Para manajer perlu menyadari bahwa apa yang mereka
putuskan dan lakukan akan diperhatikan tidak hanya oleh mereka yang mungkin
setuju tetapi yang paling penting oleh mereka yang tidak setuju. Olehnya, para
manajer perlu menyesuaikan gaya kepemimpinan dan pendekatan manajemennya untuk
mengakomodasikan perbedaan pandangan
.namun, seperti biasanya para manajer akan perlu untuk dapat melakukan
hal ini sambil sedapat mungkin tetap
efisien dan efektif dalam mencapai tujuan organisasi.
1.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 DUNIA
YANG TIDAK MENGENAL BATAS
Dewasa
ini, perusahaan-perusahaan bersaing di sebuah dunia tanpa batas. Di dunia yang tidak mengenal batas, para
pelanggan tidak lagi bisa membedakan dari negara mana mereka membeli berbagai
produk. Bagi para manajer yang berpikir global, dunia ini merupakan sumber
ide-ide, sumber daya, informasi, tenaga kerja, dan pelanggan. Para manajer
dapat memindahkan perusahaan mereka ke kancah internasional di berbagai
tingkat, seperti :
1 #Pada tahap domestik, potensi pasar hanya
terbatas di negara asal, dengan seluruh fasilitas produksi dan pemasaran yang
berlokasi di negara asal.
2 #Pada
tahap internasional, di tahapan ini
ekspor meningkat, dan perusahaan biasanya mengadopsi pendekatan multidomestik, artinya setiap persaingan
di setiap negara ditangani secara independen. Desain, pemasaran, dan
pengiklanan produk disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan khusus di setiap
negara, sehingga memerlukan kepekaan yang tinggi terhadap nilai-nilai dan
kepentingan lokal.
3 #Pada tahap multinasional, perusahaan
memiliki fasilitas pemasaran dan produksi di banyak negara, dengan lebih dari
sepertiga penjualannya berasal dari luar negeri. Perusahaan seperti ini
mengadopsi pendekatan globalisasi, artinya mereka berfokus untuk memasarkan
produk serupa ke banyak negara. Desain, pemasaran, dan pengiklanan produk
dilakukan secara seragam di seluruh dunia.
T #Tahap
yang terakhir adalah tahap global
atau tanpa negara, dari pembangunan perusahaan internasional melampaui
batas-batas suatu negara. Perusahaan jenis ini beroperasi secara global, dengan
melakukan penjualan dan mendapatkan sumber daya dari negara mana pun yang
menawarkan peluang terbesar dan biaya terendah. Pada tahap ini, kepemilikan,
kendali, dan manajemen puncak cenderung tersebar di beberapa negara.
2.2 MEMULAI
BEKERJA SECARA INTERNASIONAL
Ada beberapa cara bagi organisasi untuk memasuki kancah
internasional. Salah satunya adalah dengan mencari sumber daya bahan baku atau
tenaga kerja yang lebih murah di luar negeri, yang disebut dengan offshoring atau outsourching global.
Strategi-strategi memasuki pasar ini
merupakan cara-cara alternatif untuk menjual barang dan jasa ke luar negeri.
2.2.1 Ekspor
Strategi
memasuki pasar asing yang dilakukan oleh organisasi dengan cara mempertahankan
fasilitas produksinya di dalam negeri dan menjualnya ke luar negeri. Ekspor
memang mengandung sejumlah permasalahan yang diakibatkan oleh jarak, peraturan
pemerintah, mata uang asing, dan perbedaan budaya, namun lebih murah
dibandingkan dengan mengalokasikan modal perusahaan untuk membangun pabrik di
negara sasaran.
2.2.2 Outsourcing
Outsourcing global, dikenal juga
dengan istilah offshoring, berarti
melaksanakan pembagian tenaga kerja secara internasional sehingga aktivitas
pekerjaan dapat dilakukan di negara-negara dengan sumber tenaga kerja dan
pasokan termurah. Jutaan lapangan kerja tingkat bawah seperti pembuatan
tekstil, pusat layanan panggilan, dan pemrosesan kartu kredit dikerjakan
melalui outsourcing ke negara-negara
dengan upah rendah selama beberapa tahun terakhir.
2.2.3 Lisensi
Tahapan berikutnya dari pasar
internasional adalah lisensi. Lewat lisensi, perusahaan (pelisensi) di satu
negara memastikan ketersediaan sumber daya bagi perusahaan (terlisensi) di
negara lain. Lisensi merupakan strategi yang dilakukan oleh organisasi untuk
memasuki pasar internasional dengan cara memastikan ketersediaan sumber daya
bagi perusahaan di negara lain untuk berpartisipasi dalam produksi dan
penjualan produknya di luar negeri.
Bentuk khusus dari lisesnsi adalah waralaba (franchising), yang dilakukan ketika usaha waralaba membeli paket
lengkap bahan baku dan layanan, termasuk peralatan, produk, bahan baku produk,
merek dan nama dagang, saran manajerial, dan sistem operasi terstandar.
2.2.4 Investasi Langsung
Bentuk keterlibatan dalam pasar
internasional yang lebih tinggi adalah investasi langsung di fasilitas produksi
luar negeri. Investasi langsung (direct
investing) berarti bahwa perusahaan terlibat dalam mengelola aset-aset
produktif, yang membedakannya dengan strategi lain yang hanya menungkinkan
kontrol yang lemah. Pilihan lainnya adalah mendirikan cabang luar negeri yang
dimiliki dan dapat dikendalikan secara penuh oleh perusahaan. Mengakuisisi
sebuah cabang secara langsung dapat menghemat biaya ekspor, penyimpanan, dan
transportasi.
2.3 LINGKUNGAN
BISNIS INTERNASIONAL
Manajemen
internasional (international
management) adalah manajemen operasi bisnis yang dilakukan di lebih dari
satu negara. Tugas-tugas mendasar manajemen bisnis, termasuk pendanaan,
produksi, serta distribusi barang dan jasa, tidak banyak berubah ketika suatu
perusahaan melakukan transaksi bisnis di tingkat internasional. Fungsi-fungsi
manajemen dasar perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian
tidak berubah ketika suatu perusahaan beroperasi baik di kancah domestik maupun
internasioal.
2.4 LINGKUNGAN
EKONOMI
Lingkungan ekonomi adalah kondisi
ekonomi di negara tempat organisasi internasional beroperasi. Lingkungan ini
terdiri atas berbagai faktor seprti pembangunan ekonomi, pasar sumber daya dan
produk, serta nilai tukar. Disamping itu, faktor-faktor seperti inflasi,
tingkat suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi juga merupakan bagian dari
lingkungan ekonomi internasional.
2.4.1 Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi di berbagai negara dan wilayah di
dunia sangat beragam. Negara-negara tersebut dapat dikategorikan sebagai negara
berkembang atau negara maju. Kriteria tradisional yang digunakan untuk
mengelompokkan negara-negara menjadi negara maju atau berkembang adalah pendapatan per kapita,
yaitu pendapatan yang dihasilkan dari produksi barang dan jasa suatu negara
dibagi dengan jumlah penduduk.
2.4.2 Pasar Sumber Daya dan Produk
Ketika menjalankan bisnis di negara
lain, para manajer harus mengevaluasi tuntutan pasar akan produk mereka. Jika
tuntutannya tinggi, mereka dapat memutuskan untuk mengekspor produk mereka ke
negara tersebut. Namun, untuk mendirikan pabrik baru, pasar sumber daya sebagai
penyedia bahan baku dan tenaga kerja juga harus tersedia.
2.4.3 Nilai Tukar
Nilai tukar (exchange rate) adalah nilai tukar mata uang suatu negara terhadap
mata uang negara lain. Fluktuasi nilai tukar merupakan kekhawatiran utama bagi
perusahaan-perusahaan yang berbisnis di kancah internasional. Perubahan nilai
tukar dapat berdampak besar bagi daya untung bisnis internasional yang
menukarkan jutaan dolar dengan mata uang lain setiap hari.
2.5 LINGKUNGAN
POLITIK-HUKUM
Perusahaan-perusahaan harus
berhadapan dengan sistem politik asing ketika memasuki kancah internasional, di
samping dengan pengawasan dan peraturan pemerintah yang lebih ketat. Risiko politik (political risk) didefinisikan sebagai risiko kehilangan aset, daya
untung, atau kontrol manajemen karena peraturan atau tindakan politik dari
pemerintah tuan rumah.
Masalah lain yang sering disinggung
adalah ketidakstabilan politik (political instability), yang mencakup
kerusuhan, revolusi, kekacauan sipil, dan peralihan kekuasaan yang sering
terjadi. Undang-undang yang beragam juga menjadi tantangan bagi perusahaan
internasional dalam menjalankan bisnis. Pemerintah tuan rumah memiliki banyak
peraturan mengenai status sengketa, perlindungan konsumen, informasi dan
pelabelan, ketenagakerjaan dan keamanan serta upah. Perusahaan internasional
harus mempelajari peraturan-peraturan dan regulasi ini serta mematuhinya.
2.6 LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA
Kebudayaan suatu negara meliputi
pengetahuan, kepercayaan, dan nilai-nilai kebersamaan, di samping cara
berperilaku dan berpikir sesama anggota masyarakat. Faktor budaya sering lebih
membungungkan daripada faktor-faktor politik dan ekonomi ketika bekerja atau
tinggal di luar negeri
2.6.1 Perbedaan Komunikasi
Di kebudayaan berkonteks tinggi,
masyarakatnya peka terhadap situasi disekeliling pertukaran sosial. Budaya yang
mengutamakan komunikasi untuk meningkatkan hubungan pribadi. Sedangkan
kebudayaan berkonteks rendah, masyarakatnya berkomunikasi terutama untuk
bertukar fakta dan informasi. Budaya yang mengutamakan komunikasi untuk saling
bertukar fakta dan informasi.
2.6.2 Karakteristik Kebudayaan Lain
Karakteristik kebudayaan lain yang
memengaruhi organisasi internasional adalah bahasa, agama, organisasi sosial,
pendidikan, dan sikap. Sikap terhadap prestasi, pekerjaan, dan sesama manusia
semuanya dapat memengaruhi produktivitas organisasi. Etnosentrisme, yaitu kecenderungan alamiah manusia untuk memandang
tinggi kebudayaan mereka dan memandang rendah kebudayaan lain, dapat dijumpai
di semua negara. Sikap etnosentris yang kuat di suatu negara dapat menyulitkan
bagi perusahaan asing yang beroperasi di sana.
2.7 PERUSAHAAN
MULTINASIONAL
Ukuran dan volume bisnis multinasional sedemikian besar,
sehingga sulit dibayangkan. Sebagai contoh, nilai tambah, jumlah total gaji,
laba sebelum pajak, dan beban penyusutan dan amortisasi. Sebagaimana dibahas di
awal, sejumlah besar volume bisnis internasional dilaksanakan di dunia yang
makin tanpa batas
oleh
perusahaan-perusahaan internasional yang dapat dipandang sebagai perusahaan
global, perusahaan tanpa negara, atau perusahaan transnasional.
Perusahaan multinasional (multinational corporation-MNC) biasanya
memperoleh lebih dari 25 persen pendapatan penjualan totalnya dari operasi luar
negeri. MNC memiliki karakteristik manajerial khas berikut ini :
1. MNC
dikelola sebagai sebuah sistem bisnis terintegrasi yang mendunia, dengan
cabang-cabang luar negeri yang bertindak dan saling bekerja sama.
2. MNC
pada dasarnya dikontrol oleh kewenangan manajemen tunggal yang membuat
keputusan-keputusan strategis penting yang berhubungan dengan perusahaan induk
dan cabang.
3. Para
manajer puncak MNC diharuskan untuk memiliki perspektif global.
2.8 MENGELOLA
LINGKUNGAN GLOBAL
Para
manajer baru yang ingin memajukan kariernya sadar akan pentingnya pengalaman di
kancah global. Namnun bekerja di negara asing dapat menimbulkan tantangan
pribadi dan organisasi yang sangat besar. Kompleksitas pekerjaan di kancah
internasional ditunjukan oleh sebuah penelitian tentang faktor-faktor yang
dapat menyebabkan kegagalan para manajer.
2.8.1 Mengembangkan Kecerdasaan Budaya
Para manajer akan berhasil
melaksanakan tugas mereka di kancah internasional jika mereka bersikap
fleksibel terhadap budaya dan dapat beradaptasi dengan mudah terhadap situasi
dan cara kerja baru. Kecerdasan budaya
(cultural intelligence) adalah
kemampuan seseorang dalam menggunakan daya pikir dan pengamatannya untuk
menafsirkan bahasa tubuh dan situasi baru serta memberikan respons perilaku
yang sesuai.
Sangat penting bagi para manjaer
yang berkeja di negara asing untuk mempelajari bahasa yang digunakan di negara
tersebut, di samping mempelajari norma-normas, adat-istiadat, kepercayaan, dan
hal-hal yang dianggap tabu di sana. Namun pengetahuan mengenai hal-hal tersebut
tidak menjamin para manajer dapat menghadapi semua situasi. Mengembangkan CQ
tinggi memungkinkan seseorang untuk menafsirkan berbagai situasi asing dan
beradaptasi dengan cepat.
Gegar
budaya (culture shock) adalah
rasa frustasi dan kegelisahan yang disebabkan oleh situasi yang aneh atau
asing. Orang dengan CQ tinggi mampu melewati periode awal gegar budaya. Aspek
fisik CQ adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan gaya bicara, ekspresi,
dan bahasa tubuhnya dengan budaya setempat. CQ tinggi mengharuskan manajer
untuk bersikap terbuka dan menerima ide-ide dan cara baru. Dengan kata lain, CQ
mengharuskan pikiran, perasaan, dan tubuh bertindak secara harmonis.
4.
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini termasuk
penelitian penjelasan (explanatory
research). Lokasi penelitian dilakukan dengan melibatkan 116.500 karyawan
IBM di 40 negara oleh Geert Hofstede dengan Dimensi Nilai Hofstede dan
dilakukan juga oleh GLOBE (Global
Leadership and Organization Behavior Effectiveness) dengan melibatkan
18.000 manajer di 62 negara untuk mengidentifikasi dimensi yang diidentifikasi
oleh Hofstede.
5.
ANALISIS
PEMBAHASAN
Negara
|
Jarak
Kekuasaan
|
Tingkat
Penghindaran Ketidakpastian
|
Individualisme
|
Maskulinitas
|
Australia
|
7
|
7
|
2
|
5
|
Prancis
|
3
|
2 (berimbang)
|
4
|
7
|
Jerman
|
8
(berimbang)
|
5
|
5
|
5
|
Jepang
|
5
|
1
|
7
|
1
|
Thailand
|
4
|
6
|
9
|
8
|
Amerika
Serikat
|
6
|
8
|
1
|
4
|
Dimensi Nilai Hofstede
1.
Jarak
Kekuasaan. Jarak kekuasaan yang besar berarti bahwa
orang-orang menerima ketimpangan kekuasaan yang terjadi di lembaga,
organsisasi, dan anggota masyarakat, sementara jarak kekuasaan yang kecil
berarti mereka mengharapkan adanya kesetaraan kekuasaan.
2.
Tingkat
Penghindaran Ketidakpasatian. Tingkat penghindaran
ketidakpastiaan yang tinggi berarti bahwa anggota suatu masyarakat merasa tidak
nyaman dengan ketidakpastian dan ambiguitas, sehingga lebih menyukai
kepercayaan yang menjanjikan kepastian dan keseragaman. Tingkat penghindaran
ketidakpastian yang rendah berarti bahwa anggota suatu masyarakat memiliki
toleransi yang tinggi terhadap ketidakteraturan, ketidakjelasan, dan hal-hal
tidak terduga.
3.
Individualisme
dan Kolektivisme. Individualisme
adalah nilai kerangka sosial yang longgar, yang mengharapkan para individu
untuk mengurusi diri mereka sendiri, sedangkan kolektivisme adalah pilihan kerangka sosial ketat yang mengharapkan
anggotanya untuk saling menjaga dan mengharapkan organisasi untuk melindungi
kepentingan mereka.
4.
Maskulinitas/Feminitas. Maskulinitas adalah sikap yang menutamakan prestasi, heroism, sikap asertif,
pekerjaan yang cenderung menuntut, dan kesuksesan material. Feminitas adalah
sikap yang mengutamakan nilai-nilai hubungan, kerja sama, pengambilan keputusan
dalam kelompok, dan kualitas hidup.
Dimensi
|
Rendah
|
Sedang
|
Tinggi
|
Sikap
Asertif
|
Swedia
Swiss
Jepang
|
Mesir
Islandia
Prancis
|
Spanyol
Amerika
Serikat
Jerman
|
Orientasi
Masa Depan
|
Rusia
Italia
Kuwait
|
Slovenia
Australia
India
|
Denmark
Kanada
Singapura
|
Perbedaan
Gender
|
Swedia
Denmark
Polandia
|
Italia
Brasil
Belanda
|
Korea
Selatan
Mesir
China
|
Orientasi
Kinerja
|
Rusia
Yunani
Venezuela
|
Israel
Inggris
Jepang
|
Amerika Serikat
Taiwan
Hong Kong
|
Orientasi
Kemanusiaan
|
Jerman
Prancis
Singapura
|
Selandia
Baru
Swedia
Amerika
Serikat
|
Indonesia
Mesir
Islandia
|
SUMBER:
Mansour Jaridan dan Robert J.House, “Cultural
Acumen for the Global Manager: Lessons
from Project GLOBE”, Organizational Dynamics 29
no.4(2001): hlm. 289-305.
Dimensi Nilai Proyek
GLOBE
1.
Sikap
Asertif. Penghargaan yang tinggi terhadap sikap asertif
berarti bahwa suatu masyarakat mengutamakan ketangguhan, sikap asertif, dan
persaingan, sedangkan sikap asertif yang rendah berarti bahwa suatu masyarakat
lebih menghargai kelembutan dan kepedulian daripada persaingan.
2.
Orientasi
Masa Depan. Dimensi ini mengukur sejauh mana suatu
masyarakat lebih mengutamakan dan menghargai perencanaan untuk masa depan
daripada hasil jangka pendek dan gratifikasi cepat.
1.
Penghindaran
ketidakpastian. Dimensi ini mengukur sejauh mana suatu
masyarakat merasa nyaman dengan ketidakpastian dan ambiguitas.
2.
Perbedaan
Gender. Dimensi ini mengukur sejauh mana suatu masyarakat
memaksimalkan perbedaan gender.
3.
Jarak
Kekuasaan. Dimensi ini mengukur sejauh mana suatu masyarakat
mengharapkan dan menerima kesetaraan atau ketimpangan dalam hubungan dan
lembaga.
4.
Kolektivisme
Sosial. Istilah ini berarti sejauh mana praktik-pratik di
lembaga-lembaga seprti sekolah, perusahaan, dan lembaga sosial lain mendorong
terciptanya masyarakat kolektivis yang terikat dengan erat.
5.
Kolektivisme
Individual. Dimensi ini mengukur sejauh mana para
individu merasa bangga menjadi anggota keluarga, pertemanan, tim, atau
organisasi, daripada bagaimana organisasi sosial lebih mengutamakan
individualisme atau kolektivisme.
6.
Orientasi
Kerja. Masyarakat berorientasi kinerja tinggi mengutamakan
kinerja dan menghargai anggotanya karena peningkatan dan kesempurnaan kinerja
mereka.
7.
Orientasi
Kemanusiaan. Dimensi terakhir mengukur sejauh mana
suatu masyarakat mendorong dan menghargai anggotanya karena bersikap adil,
dermawan, murah hati, dan peduli.
1.
SIMPULAN
KETERBATASAN dan SARAN
6.1 Kesimpulan
Kemajuan pesat di bidang teknologi
dan komunikasi telah menjadikan dimensi internasional sebagai bagian yang makin
penting dari lingkungan eksternal. Lingkungan organisasi yang kini makin
bersifat kompetitif dan kompleks, menuntut pola pikir dan pengalaman di kancah
internasional makin menjadi syarat kesuksesan manajerial. Para manajer
menghadapi realitas bahwa mengabaikan kekuatan-kekuatan internasional merupakan
suatu hal yang mustahil dilakukan.
Bisnis
telah menjadi suatu bidang terpadu dan global seiring runtuhnya tembok
penghalang perdagangan, makin cepat dan murahnya komunikasi, dan makin
beragamnya selera konsumen, mulai dari pakaian hingga jaringan telepon seluler.
Dewasa ini, perusahaan-perusahaan kecil pun dapat memindahkan berbagai elemen
organisasi ke lokasi mana pun yang paling menguntungkan. Komunikasi virtual
memungkinkan dilakukannya koordinasi yang rapat dan cepat oleh para pekerja di
belahan dunia yang berbeda, sehingga bekerja di tempat yang sama tidak lagi
begitu penting. Organisasi-organisasi dapat berpindah ke lokasi mana pun yang
memerlukan biaya terendah atau tenaga kerja terbaik. Banyak perusahaan
melakukan outsourcing beberapa fungsi
kepada kontraktor-kontraktor di negara lain dengan mudah, seolah-olah para
kontraktor tersebut berada di dekat perusahaan.
Alternatif-alternatif
utama untuk memasuki pasar internasionala adalah outsourcing, ekspor, lisensi dan investasi langsung melalui joint venture atau perusahaan subdier
yang dimiliki sepenuhnya. Sebagian besar pertumbuhan bisnis internasional
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar yang disebut perusahaan
multinasional (MNC). Perusahaan-perusahaan besar ini menjalankan bisnis di
dunia yang hampir tidak mengenal batas serta mendorong arus ide-ide, produk,
produksi, dan pemasaran di berbagai negara untuk mencapai efisiensi terbesar.
6.2 Saran
Perusahaan-perusahaan yang berhasil
melakukan ekspansi bisnis di luar negeri dapat bersaing tidak hanya dengan
perusahaan asing di negara tujuan, namun juga di negara asal mereka. Pasar internasional
memang banyak memberikan kesempatan terbuka lebar, tapi tidak menutup
kemungkinan juga memiliki banyak kesulitan yang siap menghambat jalannya
perusahaan.
Bisnis di kancah global memiliki berbagai risiko dan
kesulitan yang diakibatkan oleh kekuatan-keuatan ekonomi, politik-hukum, dan
sosial budaya yang kompleks. Ekspansi kebijakan perdagangan bebas telah memicu
reaksi menentang
globalisasi dari kalangan yang takut kehilangan pekerjaan dan jaminan ekonomi
mereka. Para manajer MNC maupun perusahaan lebih kecil yang menjalankan
bisnisnya di kancah internasional, harus sama-sama menghadapi tantangan dan
harus mengembangkan kecerdasan budaya (CQ) tinggi agar sukses. CQ yang memiliki
aspek kognitif (pikiran), emosional (perasaan), dan fisik (tindakan), akan
membantu para manajer dalam menafsirkan situasi asing dan meresponnya dengan
cara yang sesuai, karena nilai sosial dan budaya di berbagai negara beragam,
hal ini akan mempengaruhi gaya memimpin, mengambil keputusan, memotivasi serta
mengendalikan yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Geert
Hofstede, “The Interaction Between National and Organizational Value Systems”, Journal of Management Studies 22 (1985),
hlm. 347-357; dan Geert Hofstede, “The Cultural Relativity of the uality of
Life Concept”, Academy of Management
Review 9 (1984), hlm. 389-398.
Daft,
Richard L. 2013. Era Baru Manajemen buku satu. Alih bahasa: Tita Maria
Kanita. Edisi Sembilan. Jakarta: Salemba Empat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar