Rangkuman bab 20
“Etika
Pemasaran dan Tanggung Jawab Sosial”
Phillip Kotler - Gary Armstrong
Dalam bab 20 ini, fokus utama adalah pada peran pemasaran sebagai institusi sosial. Pertama, akan membahas kritik umum mengenai pemasaran ketika pemasaran mempengaruhi konsumen individual, bisnis lain dan masyarakat secara keseluruhan. Selanjutnya, yang kedua akan mempelajari mengenai konsumerisme, environmentalism (paham lingkungan), serta tindakan warga negara dan publik lainnya untuk menjaga pemasaran tetap pada relnya. Dan yang ketiga adalah melihat cara perusahaan itu sendiri mengambil manfaat dari tindakan mengejar tanggung jawab sosial dan praktek etika secara proaktiff yang tidak hanya membawa nilai bagi pelanggan individual, tetapi bagi masyarakat secara keseluruhan.
Kritik Sosial Pemasaran
Pemasaran mendapat banyak kritik. Beberapa kritik ini dibenarkan, namun banyak juga yang tidak diterima. Kritik sosial mneyatakan bahwa praktek pemasaran tertentu melukai konsumen individual, masyarakat secara keseluruhan, dan perusahaan lain.
Dampak Pemasaran pada Konsumen Individual
Konsumen menyimpan banyak kekhawatiran tentang seberapa baik sistem pemasaran melayani kepentingan mereka. Survei biasanya memperlihatkan bahwa konsumen mempunyai sikap yang baur atau sedikit tidak menyenangkan terhadap praktek pemasaran. Pengacara konsumen, badan pemerintah, dan kritikus lain menuduh pemasaran merugikan konsumen melalui beberapa hal, diantaranya:
harga tinggi,
praktek curang,
penjualan dengan tekanan,
produk yang ceroboh atau tidak aman,
pengabaian yang direncanakan,
layanan yang buruk kepada konsumen yang lemah.
Harga Tinggi
Banyak
kritik menuduh bahwa sistem pemasaran di Amerika menyebabkan harga barang lebih
tinggi daripada jika barang itu berada di bawah sistem yang lebih “masuk akal”.
Mereka menunjuk tiga faktor yaitu biaya distribusi yang tinggi, biaya iklan dan
promosi yang tinggi, serta mark up
yang berlebihan.
Biaya Distribusi yang Tinggi
Telah
lama dikemukakan tunduhan bajwa perantara yang rakus telah menaikkan harga
melampaui nilai layanan mereka. Para kritikus beranggapan bahwa mereka terlalu
banyak perantara, tidak efisiennya perantara, atau bahwa mereka memberikan
layanan yang tidak penting atau duplikasi layanan. Akibatnya, biaya distribusi
terlalu tinggi, dan konsumen membayar biaya yang berlebihan ini dalam wujud
harga yang lebih tinggi.
Mark up
mencerminkan layanan yang diinginkan konsumen itu sendiri, toko yang lebih
besar dan lebih nyaman, layanan yang lebih banyak, jam toko yang lebih panjang,
hak mengembalikan barang, dan lainnya. Bahkan, kompetisi eceran begitu sengit
sehingga marjin sesungguhnya cukup rendah. Sebagai contoh, setelah dipotong
pajak, rantai supermarket umumnya hanya meninggalkan laba 1 persen terhadap
penjualan mereka. Jika sejumlah penjual perantara berusaha menetapkan harga
yang relatif terlalu tinggi terhadap nilai yang mereka tambahkan, penjual
perantara lain akan masuk dengan harga yang lebih rendah.
Biaya Iklan dan Promosi yang Tinggi
Pemasaran
modern juga dituduh menaikkan harga untuk mendanai promosi penjualan dan iklan
besar-besaran. Sebagai contoh, beberapa lusin tablet merek penghilang rasa
sakit yang dipromosikan besar-besaran dijual pada harga yang sama dengan 100
tablet merek yang kurang dipromosikan.
Pemasar
merespon bahwa iklan memang menambah biaya produk, tetapi iklan juga menambah
nilai dengan memebri tahu pembeli potensial tentang ketersediaan suatu produk
dan nilai mereknya. Produk bermerek bisa berharga jauh lebih, tetapi merek
memberi jaminan kualitas konsisten kepada pembeli. Lebih jauh lagi, konsumen
biasanya dapat membeli versi fungsional produk pada harga yang lebih rendah.
Meskipun demikian, mereka ingin dan bersedia membayar lebih untuk produk yang
juga menyediakan manfaat psikologis yang membuat mereka merasa kaya, atraktif
atau spesial. Selain itu, iklan dan promosi besar besaran mungkin diperlukan
perusahaan untuk menyamai usaha pesaing, dan bisnis akan kehilangan “pangsa
pikiran” jika bisnis itu tidak sesuai dengan pengeluaran kompetitif.
Masalahnya, pada saaat yang sama, perusahaan menyadari tingginya biaya promosi
dan berusaha membelanjakan uang mereka dengan bijaksana.
Mark
Up Secara
Berlebihan
Pemasar merespon bahwa sebagian
besar konsumen bisnis berusaha memperlakukan konsumen dengan adil karena mereka
ingin membangun hubungan dengan oelanggan dan mengulangi bsinis. Kebanyakan
pelanggan konsumen terjadi secara tidak disengaja. Pemasar tidak jujur yang
memanfaatkan konsumen harus dilaporakan ke Better
Business Bureaus dan kepada badan federal serta negara bagian. Pemasar juga
merespon bahwa kosnumen sering tidak memahami alasan markup harga yang tinggi.
Sebagai contoh, markup harga farmasi harus mencakup biaya pembelian, promosi
dan distribusi obat-obatan yang ada, ditambah biaya riset dan pengembangan yang
tinggi untuk memformulasikan dan menguji obat baru.
Praktek Menyesatkan
Pemasar kadang-kadang dituduh
melakukan praktek menyesatkan yang membuat konsumen mempercayai bahwa dirinya
akan mendapatkan nilai lebih daripada yang biasa mereka dapatkan. Praktek
menyesatkan dibagi dalam tiga kelompok yaitu penetapan harga, promosi, dan
kemasan.
û Penetapan harga yang mengelabui
meliputi praktek seperti pemasangan harga “pabrik” atau “grosir” yang menipu
atau pengurangan harga yang gila-gilaan dari harga daftar eceran yang tinggi
yang palsu.
û Promosi menyesatkan meliputi
praktek seprti berbohong tentang fitur atau kinerja produk atau menarik
pelanggan ke toko untuk membeli barang yang tidak ada persediaannya.
û Kemasan yang menyesatkan meliputi
praktek seperti melebih-lebihkan isi kemasan melalui desai yang cerdik,
menggunakan label yang membingungkan atau menggambarkan ukuran dalam istilah
yang salah.
Pemasar
berpendapat bahwa sebagian besar perusahaan menghindari praktek menyesatkan
karena praktek semacam itu akan berdampak negatif bagi bisnis mereka dalam
jangka panjang. Hubungan pelanggan yang menguntungkan dibangun di atas pondasi
nilai dan kepercayaan. Jika konsumen tidak mendapat apa yang mereka harapkan,
mereka akan beralih ke produk lain yang lebih dapat diandalkan. Konsumen
biasanya mampu melindungi dirinya dari kecurangan. Sebagian besar konsumen
menyadair maksud penjualan pemasar dan berhati-hati ketika melakukan pembelian,
kadang-kadang bahkan sampai pada titik dimana mereka tidak mempercayai sama
sekali klaim produk yang benar.
Pemaksaan Penjualan
Wiraniaga kadang-kadang dituduh
melakukan pemaksaan penjualan dalam artian membujuk orang untuk membeli barang
yang tidak pernah mereka pikirkan untuk mereka beli. Sering dikatakan bahwa
asuransi, real estate, dan mobil bekas dijual bukan dibeli. Wiraniaga dilatih
untuk memberikan presentasi yang lancar dan mudah dimengerti untuk menarik
pembelian. Mereka berusaha keras menjual karena kontes penjualan menjanjikan
hadiah besar bagi merka yang menjual paling banyak.
Dalam sebagian kasus, pemasar sulit
mendapatkan pelanggan dari pemaksaan penjualan. Taktik semacam itu mungkin
berguna dalam situasi penjualan satu kali utnuk perolehan jangka pendek semata.
Namun, sebagian besar penjualan melibatkan pembangunan hubungan jangka panjang
dengan pelanggan yang berharga. Pemaksaaan penjualan atau penjualan yang
menyesatkan bisa merusak keharmonisan
hubungan semacam itu.
Produk yang Tidak
Bermoral, Berbahaya, atau Tidak Aman.
Kritik lainnya menyoal kualitas atau
fungsi produk yang buruk. Satu keluhan yang umum adalah betapa seringnya,
produk tidak dibuat dengan baik dan pelayanan tidak dilakukan dengan baik.
Keluhan kedua adalah bahwa banyak produk yang hanya menghantarkan sedikit
manfaat, atau produk itu mungkin saja berbahaya. Kritik ketiga menyangkut
keamanan produk. Keamanan produk telah menjadi masalah untuk beberapa alasan,
termasuk tidak pedulinya perusahaan, meningkatnya kompleksitas produk, dan
buruknya pengendalian kualitas.
Bagaimanapun juga, sebagian besar
produsen ingin menghasilkan barang berkualitas. Cara perusahaan menangani
kualitas produk dan masalah keamanan bisa merusak tapi juga bisa meningkatkan
reputasinya. Perusahaan yang menjual produk berkualitas buruk atau produk yang
tidak aman menanggung risiko menghadapi konflik dengan kelompok konsumen dan
pembuat peraturan. Selanjutnya, produk yang tidak aman bisa menghasilkan
tuntutan tanggung jawab hukum produk dan ganti rugi yang besar akan kerusakan
yang ditimbulkannya. Rata-rata besarnya kompensasi yang diberikan juri untuk
kasus tanggung jawab hukum produk dari tahun ke tahun mencapai 700.000 dolar,
tetapi tuntutan individual atau class
action sering mencapi puluhan juta dolar. Dan peraturan yang diajukan bahkan
mungkin mengkriminalkan tanggung jawab hukum produk, mengenakan denda kriminal
bagi menajer yang mengetahu cacat pada produk tetapi tidak mengungkapkan cacat
itu kepada publik.
Lebih mendasar lagi, konsumen yang
tidak senang dengan produk perusahaan bisa menghindari pembelian mereka di masa
depan dan memberitahu konsumen lain untuk bertindak sama. Jadi, permasalahan
kualitas bisa mengakibatkan konsekuensi buruk. Pemasar masa kini tahu bahwa
kualitas yang digerakkan pelanggan menghasilkan nilai dan kepuasan pelanggan,
yang selanjutnya menciptakan hubungan pelanggan yang menguntungkan.
Penguasaan yang Disengaja
Kritikus juga menuduh bahwa beberapa
produsen mengikuti program pengusangan yang disengaja, membuat produk mereka
ketinggalan zaman (usang) sebelum produk itu benar-benar membutuhkan
penggantian. Kritikus menuduh bahwa beberapa produsen senantiasa mengubah
konsep konsumen mengenai gaya untuk mendorong pembelian yang semakin banyak dan
semakin dini. Contoh jelasnya adalah mode pakaian yang terus berubah. Produsen lain dituduh menahan fitur fungsional
yang atraktif, untuk memperkenalkannya kemudian agar model yang lama menjadi
ketinggalan zaman.
Kritikus
menyatakan taktik ini terjadi dalam industri elektronik konsumen dan komputer.
Sebagai contoh, Intel dan Microsoft dituduh bertahun-tahun menahan chip
komputer dan piranti lunak generasi berikut sampai permintaan habis untuk
generasi saat ini. Produsen lain dituduh menggunakan bahan dan komponen yang
akan rusak, melemah dan berkarat atau busuk lebih cepat dari yang seharusnya.
Seorang penulis menyatakannya sebagai berikut : “Keajaiban teknologi modern
meliputi perkembangan kaleng soda, yang ketika dibuang akan bertahan ratusan
tahun yang walaupun dirawat dengan baik, akan berkarat dalam dua atau tiga
tahun.
Pemasar
membela diri dengan menyatakan bahwa konsumen menyukai perubahan gaya, mereka
bosan dengan barang lama dan menginginkan penampilan baru dalam mode pakaian
atau desain mobil baru. Tak seorang pun diharuskan membeli tampilan baru itu,,
dan jika hanya sedikit orang yang menyukainya, produk akan gagal. Untuk
sebagian besar produk teknik, pelanggan menginginkan inovasi terbaru, bahkan
juka model lama masih bekerja. Perusahaan yang menahan fitur baru menanggung
risiko bahwa pesaingnya akan memperkenalkan fitur baru terlebih dahulu dan
mencuri pasar. Sebagai contoh, tinjaulah komputer pribadi anda. Beberapa
konsumen menggerutu bahwa dorongan konstan industri elektronik konsumen untuk
menghasilkan model “yang lebih cepat, lebih pintar, lebih murah” menuntut
konsumen terus membeli mesin yang baru untuk mengikuti perkembangan zaman.
Meskipun demikian, orang lain tidak sabar menunggu kehadiran model terbaru.
Maka,
sebagian besar perusahaan tidak merancang produk mereka untuk rusak lebih
cepat, karena mereka tidak ingin pelanggan beralih ke merek lain. Sebagai
gantinya, mereka mencari perbaikan konstan untuk memastikan bahwa produk akan
memenuhi atau melebihi ekspetasi pelanggan secara konsisten. Sebagian besar
pengusangan yang disengaja adalah kerja kekuatan persaingan dan teknologi dalam
masyarakat bebas yang kekuatannya mengarah ke perbaikan barang dan jasa secara
terus menerus.
Pelayanan Buruk kepada Konsumen
Lemah
Sistem pemasaran yang lebih baik
harus dibangun untuk melayani konsumen yang lemah. Sebenarnya, banyak pemasar
mendapat laba dengan mentargetkan konsumen semacam itu dengan barang dan jasa
legal yang menciptakan nilai riil. Dalam kasus dimana pemasar tidak melangkah
masuk mengisi kekosongan, pemerintah akan mengisinya.
Dampak Pemasaran pada
Masyarakat Secara Keseluruhan.
Keinginan Palsu dan Materialisme
yang Berlebihan
Kritikus menuduh bahwa sistem
pemasaran mendorong orang bersikap mater, di mana orang dinilai dari apa yang
mereka miliki dan bukan dari siapa diri mereka. Dorongan untuk menjadi kaya dan
memiliki sesuatu ini meningkat pada tahun 1980-an dan 1990-an, ketika ungkapan
seperti “greed is good” dan “shop till you drop” tampaknya menjadi karakter
pada masa itu.
Dalam dekade saat ini, banyak
sosiolog mencatat merebaknya reaksi terhadap kekayaan dan sampah dekade yang
lalu demi kembali ke nilai dan komitmen sosial yang lebih mendasar. Meskipun
demikian, obsesi kita terhadap hal-hal berbau materi terus berlanjut. Maka,
pemasaran dipandang sebagai penciptaan keinginan semu yang menguntungkan
industri, melebihi manfaat industri bagi konsumen. Beberapa kritikus bahkan
menyatakan keprihatinan mereka dengan berdemonstrasi. Meskipun demikian,
pandangan kritis ini melebih-lebihkan kekuatan bisnis dalam menciptakan kebutuhan.
Masyarakat mempunyai pertahanan yang
kuat menghadapi iklan dan sarana pemasaran lain. Pemasar berada dalam posisi
yang paling efektif ketika mereka dapat menyesuaikan diri dengan keinginan yang
ada ketimbang ketika mereka mencoba menciptakan keinginan baru. Selanjutnya,
orang mencari informasi ketika melakukan pembelian penting dan sering tidak
bergantung pada satu sumber. Bahkan pembelian minor yang mungkin dipengaruhi
oleh pesan iklan hanya menimbulkan pembelian berulang jika produk mampu menghantarkan
nilai pelanggan yang dijanjikan. Terakhir, tingkat kegagalan produk baru yang
tinggi, memperlihatkan bahwa perusahaan tidak mampu mengendalikan permintaan.
Terlalu Sedikitnya Barang-barang
Sosial
Dewasa ini, bisnis dituduh menjual
barang-barang pribadi secara berlebihan dan mengorbankan barang publik. Ketika
barang pribadi meningkat, diperlukan lebih banyak layanan publik yang
sebelumnya tidak tersedia. Sebagai contoh, peningkatan kepemilikan mobil
(barang pribadi) memerlukan lebih banyak jalan raya, pengawasan lalu lintas,
tempat parkir, dan layanan polisi (barang publik). Penjualan barang pribadi
yang berlebihan menghasilkan “biaya sosial”. Untuk mobil, biaya sosial meliputi
kepadatan lalu lintas, polusi udara, kelangkaan bensin, dan kematian dan cacat
yang diakibatkan oleh kecelakaan mobil.
Harus ditemukan satu cara untuk
menjaga keseimbangan antara barang pribadi dan barang publik. Salah satu
opsinya adalah dengan membuat produsen menanggung keseluruhan biaya sosial
operasi mereka. Pemerintah bisa mengharuskan produsen mobil untuk membuat mobil
dengan fitur keamanan yang lebih mumpuni, mesin yang lebih efisien, dan sistem
kendali polusi yang lebih baik. Pembuat mobil kemudian akan meningkatkan harga
mereka untuk mengakomodasikan biaya tambahannya. Meskipun demikian, jika
pembeli mendapati bahwa harga mobil terlalu tinggi, produsen mobil ini akan
menghilang. Permintaan kemudian akan berpindah ke produsen yang dapat mendukung
jumlah biaya pribadi dan sosial.
Terlalu Banyak Kekuatan Politik
Kritik lainnya adalah bahwa bisnis
(korporasi) memanipulasi terlalu banyak kekuatan politik. Pengiklan dituduh
memegang terlalu banyak kekuasaan atas media massa, sehingga membatasi
kebebasan media melaporkan berita secara mandiri dan objektif. Karena media menerima
pendapatan iklan dari berbagai pengiklanan yang berbeda, lebih mudah menolak
pengaruh satu atau beberapa pengiklanan. Terlalu banyak kekuatan bisnis
cenderung menghasilkan perlawanan yang memeriksa dan menyeimbangkan kepentingan
kuat ini.
Dampak Pemasaran pada
Bisnis Lain.
Kritikus juga menuduh bahwa praktek
pemasaran perusahaan dapat merugikan perusahaan lain dan mengurangi kompetisi. Ada tiga masalah di sini, yaitu
akuisisi pesaing, praktek pemasaran yang menciptakan hambatan utnuk masuk dan
praktek pemasaran kompetitif yang tidak adil.
Akuisisi adalah subjek yang rumit.
Akuisisi kadang-kadang bisa berdampak baik bagi masyarakat. Perusahaan yang
melakukan akuisisi bisa mendapat skala ekonomis yang menyebabkan penghematan
biaya dan penurunan harga. Perusahaan yang dikelola dengan baik, mungkin
mengambil alih perusahaan yang dikelola dengan buruk dan memperbaiki
efisiensinya.. Sebuah industri yang tidak kompetitif mungkin menjadi lebih
kompetitif setelah dilakukan adanya akuisisi. Namun, akuisisi juga bisa
berbahaya dan, oleh karena itu, diatur ketat oleh pemerintah.
Tindakan Masyarakat
untuk Mengatur Pemasaran
1. Konsumerisme
Konsumerisme
adalah gerakan warga negara dan badan pemerintah yang terorganisasi untuk
meningkatkan hak dan kekuatan pembeli dalam hubungannya dengan penjual.
Hak
penjual tradisional meliputi :
{ Hak
untuk memperkenalkan berbagai produk dalam berbagai ukuran dan gaya.
{ Hak
untuk mengenakan berbagai biaya pada produk, tanpa ada diskriminasi antara
jenis pembeli yang serupa
{ Hak
untuk membelanjakan uang guna mempromosikan produkm sejauh tidak didefinisikan
sebagai persaingan yang tidak adil
{ Hak
untuk menggunakan berbagai pesan produk, sejauh tidak menyesatkan atau curang
dalam hal isi atau eksekusinya.
{ Hak
untuk menggunakan berbagai program insentif pembelian, sejauh program itu jujur
atau tidak menyesatkan.
Hak
pembeli tradisional meliputi :
Ø Hak
untuk tidak membeli produk yang diobral
Ø Hak
untuk mendapatkan produk yang aman
Ø Hak
untuk mendapatkan produk yang memberi manfaat sesuai janjinya.
Dengan
membandingkan hak-hak ini, banyak pihak meyakini bahwa keseimbangan kekuasaan
ada di sisi penjual. Benar, pembeli dapat menolak membeli, tetapi kritikus
merasa bahwa pembeli hanya mempunyai sedikit informasi, edukasi dan proteksi
untuk membuat keputusan yang bijaksana ketika menghadapi penjual yang cerdik.
Lembaga advokasi konsumen akhirnya menekan perlu ditambahkannya hak konsumen,
sebagai berikut :
³ Hak
mendapatkan pemberitahuan sebaik-baiknya tentang aspek penting produk
³ Hak
mendapatkan perlindungan atas produk dan praktek pemasaran yang mencurigakan
³ Hak
mempengaruhi produk dan praktek pemasaran dengan cara yang meningkatkan
“kualitas kehidupan”
2. Environmentalisme
Environmentalisme
adalah gerakan terorganisasi dari warga negara, bisnis dan badan pemerintah
yang peduli terhadap perlindungan dan peningkatan lingkungan hidup masyarakat. Para
pendukung gerakan lingkungan ini tidak menentang pemasaran dan konsumsi, mereka
hanya ingin masyarakat dan organisasi
beroperasi dengan kepedulian yang lebih besar terhadap lingkungan. Tujuan
sistem pemasaran, mereka menekankan, bukanlah memaksimalkan konsumsi, pilihan
konsumen, atau kepuasan konsumen, tetapi lebih pada memaksimalkan kualitas
kehidupan. Dan “kualitas kehidupan” ini tidak hanya diartikan sebagai kuantitas
dan kualitas barang dan jasa konsumen, tetapi juga kualitas lingkungan. Para
environmentalis ingin agar biaya lingkungan dimasukkan dalam pengambilan
keputusan produsen dan konsumen.
3. Tindakan
Publik untuk Mengatur Pemasaran
Kekhawatiran
warga tentang praktek pemasaran biasanya menarik perhatian publik dan proposal
legislatif. Undang-undang baru diperdebatkan sebagian besar akan ditolak, dan
sebagian akan dimodifikasi, dan beberapa akan diberlakukan. Tugas manajemen
pemasaran adalah menerjemahkan hukum-hukum ini ke dalam bahasa yang dimengerti
eksekutif pemasaran ketika mereka membuat keputusan tentang hubungan
kompeititf, produk, harga, promosi, dan saluran distribusi.
Tindakan Bisnis Menuju
Pemasaran yang Bertanggung Jawab Secara Sosial
1. Pemasaran yang Tercerahkan.
Filosofi pemasaran yang tercerahkan menyatakan bahwa pemasaran perusahaan harus
mendukung kinerja jangka panjang sistem pemasaran yang terbaik.
2. Pemasaran yang Berorientasi
Konsumen. Pemasaran yang berorientasi konsumen berarti bahwa
perusahaan harus memandang dan mengatur kegiatan pemasarannya dari sudut
pandang konsumen. Perusahaan harus bekerja keras untuk merasakan, melayani, dan
memuaskan kebutuhan kelompok pelanggan tertentu.
3. Pemasaran Nilai Pelanggan.
Menurut prinsip pemasaran nilai pelanggan, perusahaan harus menempatkan
sebagian besar sumberdayanya untuk berinvestasi dalam pemasaran yang membangun
nilai pelanggan.
4. Pemasaran Inovatif.
Prinsip pemasaran inovatif mensyaratkan perusahaan terus mencari perbaikan
produk dan pemasaran yang sesungguhnya. Perusahaan yang gagal menemukan cara
baru dan cara yang lebih baik untuk melakukan segala sesuatu pada akhirnya akan
kehilangan pelanggan yang beralih ke perusahaan lain yang menemukan cara yang
lebih baik.
5. Pemasaran yang mengemban misi.
Pemasaran mengemban misi berarti bahwa perusahaan harus mendefinisikan misinya
dalam istilah sosial yang luas dan bukan dalam istilah produk yang sempit. Jika
perusahaan mendefinisikan misi sosialnya, karyawan akan merasa lebih baik
tentang pekerjaan mereka dan mempunyai arah yang jelas. Merek yang terhubung
dengan misi yang luas dapat melayani kepetingan jangka panjang merek dan
konsumen.
6. Pemasaran Berwawasan Sosial. Mengikuti
prinsip pemasaran berwawasan sosial, perusahaan yang tercerahkan membuat
keputusan pemasaran dengan mempertimbangkan keinginan dan kepentingan konsumen,
kebutuhan perusahaan, dan kepentingan jangka panjang masyarakat.
Produk
dapat digolongkan menurut tingkat kecepatan kepuasan konsumen dan manfaat bagi
konsumen jangka panjang, yaitu :
² Produk
cacat : Produk yang tidak mempunyai daya
tarik seketika maupun manfaat jangka panjang.
² Produk
menyenangkan : Produk yang memberikan kepuasan seketika yang tinggi
tetapi mungkin merugikan konsumen dalam jangka panjang.
² Produk
bermanfaat : Produk yang mempunyai daya tarik
rendah tetapi mungkin menguntungkan konsumen dalam jangka panjang.
² Produk
yang diinginkan : Produk yang memberikan kepuasan
seketika yang tinggi maupun manfaat jangka panjang yang tinggi pula.
Etika Pemasaran
Pemasar yang berhati-hati menghadapi
banyak dilema moral. Hal terbaik yang harus dilakukan sering tidak jelas.
Berhubung tidak semua manajer mempunyai sensivitas moral yang baik, perusahaan
harus mengembangkan kebijakan etika pemasaran perusahaan, panduan luas yang
harus diikuti semua orang di dalam perusahaan. Kebijakan ini harus mencakup
hubungan distributor, standart iklan, layanan pelanggan, penetapan harga,
pengembangan produk, dan standar etika umum.